889126184481214

-

Loading...

Penyebab & Jenis Epilepsi

Tentang Epilepsi Epilepsi adalah penyakit serius menahun yang berkaitan dengan sistem saraf pusat. Yang disebut epilepsi adalah kejad...

Tentang Epilepsi
Epilepsi adalah penyakit serius menahun yang berkaitan dengan sistem saraf pusat. Yang disebut epilepsi adalah kejadian sekilas paroksismal akibat dari letupan- letupan berlebihan neuron di korteks otak. Manifestasi kliniknya bermacam-macam, yang merupakan refleksi jaringan korteks di mana letupan berlebihan itu timbul dan menyebar. Epilepsi dapat disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke dan tumor otak.


Epilepsi dapat mengenai siapa saja di dunia tanpa batasan usia, gender, ras, sosial dan ekonomi. Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang. Dari banyak studi menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi epilepsi aktif 8,2/1000 penduduk. Di Indonesia dari 237,6 juta penduduknya diperkirakan jumlah Orang Dengan Epilepsi (ODE) sekitar 1,1-8,8 juta. Prevalensi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada usia dewasa muda dan pertengahan kemudian meningkat lagi pada kelompok usia lanjut.

Penyebab Epilepsi
Setiap bangkitan/seizure epilepsi disebabkan oleh gangguan sinyal listrik pada otak. Otak memiliki jutaan sel saraf yang mengontrol bagaimana kita berpikir, bergerak dan merasa dengan mengirimkan sinyal listrik ke satu sama lain. Jika sinyal-sinyal ini tiba-tiba terganggu ini dapat menyebabkan bangkitan/seizure epilepsi.

Otak memiliki fungsi yang berbeda. Kepribadian, suasana hati, memori, gerakan, kesadaran dan indera manusia dikontrol oleh otak. Semua itu dapat terpengaruh apabila seseorang menderita epilepsi. Bangkitan/seizure epilepsi dapat terlihat berbeda dari orang ke orang. Siapapun dapat mengalami bangkitan/seizure epilepsi tunggal dalam hidup mereka. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa diagnosis epilepsi hanya dapat dilakukan apabila seseorang memiliki lebih dari satu kali bangkitan/seizure.


Penyebab epilepsi dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok utama: simtomatik, epilepsi idiopatik, atau kriptogenik.
1.    Epilepsi simtomatik
Disebabkan oleh cedera kepala, infeksi seperti meningitis, otak tidak berkembang dengan baik, stroke, atau tumor.  Pemindai, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat menunjukkan penyebabnya. Ada juga yang disebabkan kelainan struktural dalam otak dan organ lainnya.
2.    Epilepsi idiopatik
Penyebabnya tidak diketahui.
3.    Epilepsi kriptogenik
Penyebab epilepsi ini masih belum dipastikan dan masih dalam proses penelitian.

Jenis Kejang pada Epilepsi
Kejang pada epilepsi tidak harus berbentuk kejang kelojotan disertai mulut berbusa. Jika aktivitas listrik yang berlebihan di sel saraf mengenai semua kedua belah otak disebut kejang umum dan jika hanya sebagian/ daerah tertentu disebut kejang fokal/parsial. Bisa juga terjadi keduanya disebut kejang fokal menjadi umum. Selain itu kejang fokal dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik seperti motorik, sensorik, otonom, emosi dan memori.
1.    Kejang Umum , terdiri dari :
a.    Tonik-Klonik
Jenis kejang yang sering membuat cemas orang tua dan tampak menakutkan. Serangan dimulai dengan anak menangis, tubuh tangan dan kaki tampak kaku ( berlangsung 30-60 detik) diikuti kaki dan tangan kelojotan (berlangsung 30-60 detik), kadang disertai trauma ( lidah tergigit) dan mengompol. Napas tampak berat dan dapat berhenti beberapa detik. Biasanaya berlangsung selama 1 atau 2 menit, setelah serangan biasanya pada anak tampak bingung, lelah dan anak kembali tidur.
b.    Tonik (Tubuh, tangan dan kaki tampak kaku)
c.    Klonik ( tubuh, tangan dan kaki kelojotan)
d.    Mioklonik
Gerakan seperti hentakan pada tangan dan kaki. Jika serangan berlangsung hebat benda apapun yang sedang dipegang anak akan terlempar.
e.    Absans
Hilang kesadaran beberapa detik, anak tampak bengong, aktivitas seperti menulis,membaca, mengerjakan sesuatu terhenti selama beberapa detik, disertai mata menatap kosong ke satu arah, berkedip-kedip atau mulut mengecap-ngecap.
f.    Atonik
Atonik disebut serangan drop attack, terjadi karena otot kehilangan kekuatannya selama beberapa detik. Pada saat serangan, anak tiba-tiba jatuh lemas seperti pingsan, kepala dapat membentur sesuatu.

2.    Kejang Fokal/parsial
Kejang fokal terdiri dari :
a.    Fokal sederhana ; selama serangan anak tetap sadar dan tahu apa yang terjadi.
b.    Fokal kompleks ; selama serangan anak tidak sadar. Serangan berlangsung 1 atau 2 menit. Ciri-cirinya pandangan mata kosong, mulut mengecap/mengunyah, anak tampak bingung diikuti geerakan repetitif, otomatik dan tidak bertujuan seperti berulang –ulang memungut dan meletakkan sesuatu, mondar mandir tanpa tujuan dan tidak dapat mengontrol perubahan perilakunya
c.    Fokal menjadi umum
Kejang berasal dari satu bagian otak yang kemudian menyebar ke seluruh otak. Gejala dapat berupa gerakan-gerakan pada jari tangan di satu sisi, menyebar ke lengan dan tubuh di sisi yang sama kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Anak yang besar bisa merasakan dan memberitahu orang lain di sekitarnya jika akan kejang.

Diagnosa
Seseorang biasanya didiagnosis memiliki epilepsi jika mengalami bangkitan/seizure dua kali atau lebih. Dalam mendiagnosis epilepsi dibutuhkan berbagai informasi yang mengharuskan  seorang dokter untuk melakukan berbagai tes. Wawancara langsung ODE sulit untuk dilakukan karena para ODE tersebut tidak mampu mengingat apa yang terjadi pada dirinya ketika bangkitan/seizure tersebut terjadi. Oleh karena itu, para dokter biasanya bertanya kepada orang-orang sekitarnya yang pernah melihat bangkitan/seizure epilepsy yang terjadi pada mereka. Sejumlah investigasi, termasuk tes darah, EEG dan radiologis dapat memberikan informasi tambahan untuk penegakkan diagnosis.

Dampak
Dampak penyakit epilepsi adalah gangguan psikologis pada penderitanya. Masih banyak stigma negatif terhadap penderita epilepsi sehingga mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Tak sedikit penderita epilepsi yang putus sekolah dan menjadi pengangguran. Begitupun dengan kasus bunuh diri yang dilakukan para penderita epilepsi yang tidak sanggup hidup dengan epilepsi. Untuk menghindari resiko, para penderita epilepsi tidak disarankan untuk mengendarai kendaraan sendirian dan berada di dekat air dan api tanpa pengawasan orang lain.

Penanganan/Terapi
70% dari penderita epilepsi dapat mengendalikan bangkitan/seizure dengan obat anti-epilepsi (OAE). OAE bertujuan untuk mencegah bangkitan/seizure terjadi, tetapi tidak menyembuhkan epilepsi. Beberapa orang mungkin tidak dapat mengontrol penuh bangkitan/seizure meskipun mereka melakukan pengobatan yang sesuai dengan jenis bangkitan/seizure yang mereka alami.  Beberapa tindakan dapat dilakukan apabila terjadi bangkitan/seizure epilepsi, yaitu:
•    Bersikaplah tenang, beradalah di samping orang tersebut.
•    Miringkan kepalanya untuk memberikan udara dan mencegah penyumbatan udara oleh air liur.
•    Longgarkan pakaian yang ketat seperti dasi sehingga memungkinkan tetap mendapat udara.
•    Lindungi dari bahaya (terutama benda tajam).
•    Jangan memasukan apapun ke dalam mulutnya.
•    Jangan menahan gerakan yang bersangkutan.
•    Bila keadaan berbahaya segera bawa ke rumah sakit dan hubungi dokter.

Pasien diharapkan patuh terhadap pengobatan sesuai anjuran dokter; minum obat teratur, sesuai jadwal yang diberikan dokter serta tidak sembarangan mengganti OAE. Dokter memberikan OAE berdasarkan jenis bangkitan dan tidak semua OAE sama dalam menangani suatu bangkitan epilepsi. Bahkan untuk pasien yang sudah terkontrol dengan pemberian suatu OAE belum tentu tetap terkontrol bila diganti dengan OAE lain, bahkan dengan molekul yang sama.

Efek serius pergantian OAE pada pasien yang sudah terkontrol :
1.    Terjadinya kekambuhan bangkitan, sehingga harus memulai dari awal pengobatan (2-3 
tahun bebas kejang)
2.    Jika terjadi kekambuhan, perlu dilakukan peningkatan dosis yang berakibat meningkatnya
efek samping obat.
3.    Secara keseluruhan, biaya akan bisa lebih mahal.

Setiap pengobatan yang diberikan kepada ODE mempunyai bioavailability (laju dan tingkat penyerapan) yang berbeda-beda. Beberapa faktor yang mempengaruhi bioavailability antara lain :
1.    Kekentalan cairan
2.    Rumusan obat
3.    Rumusan komponen lainnya
4.    Zat-zat lain. Misalnya pelarut, pewarna, dsb
5.    Penyimpanan
6.    Pabrikan yang bermacam-macam

Stigma Negatif Epilepsi dan Hambatan
Liveneh dan Antonak (dalam Bishop & Hermann, 2000) mengemukakan bahwa stigma, sikap negatif, dan mispersepsi tentang ODE ditemukan di setiap daerah atau negara. Kesalahpahaman, diskriminasi, dan stigma sosial yang negatif tersebut membuat ODE menjadi ”terjebak dalam kegelapan”, dan cenderung menutup diri (Desjarlais, Eisenberg, Good, & Kleinman, 1995). Masalah-masalah tersebut terjadi hampir pada setiap negara dan budaya. Beberapa stigma negatif mengenai epilepsi yang terjadi di Indonesia yaitu : 
1.    Sebagian masyarakat berpendapat epilepsi adalah suatu kutukan dari roh halus –roh halus atau kesurupan diganggu oleh setan, sehingga memerlukan pengobatan ke “dukun”.
2.    Sebagian besar masyarakat mempercayai bahawa penyakit epilepsi  menular
3.    Orang dengan Epilepsi (ODE) dianggap memiliki cacat dan kurang sempurna oleh masyarakat sehingga dalam dunia pekerjaan mereka kesulitan untuk diterima bekerja sebagai karyawan.
4.    Masih adanya mitos dan stigma yang berkembang di masyarakat membuat ODE dikucilkan dari lingkungan, dikeluarkan dari sekolah, karir dan kehidupan berumah tangga terhambat sehingga membuat ODE merasa tertekan dan depresi. Banyak keluarga dari ODE yang menutupi keadaan membuat penanganan epilepsi menjadi tidak optimal.
5.    Dari kalangan medis sendiri, ODE kurang mendapatkan perhatian dan penanganan yang holistis. Kurang memahami pentingnya minum obat secara teratur sehingga banyak yang datang berobat karena serangan muncul kembali akibat obat terputus.


sehatbuzz 4809247710117556821

Post a Comment

emo-but-icon

Home item

-

-

Terbaru

Random Posts

Translate